Banyak Titik Sudut Bola Adalah

Banyak Titik Sudut Bola Adalah

Dalam Pengambilan Keputusan

Ketika menghadapi pilihan sulit, cobalah untuk melihat situasi dari berbagai perspektif. Misalnya, jika Anda sedang mempertimbangkan untuk pindah kerja, pertimbangkan tidak hanya dari segi finansial, tetapi juga dari perspektif pengembangan karir, work-life balance, dan dampaknya terhadap keluarga.

Dalam Hubungan Interpersonal

Kemampuan untuk memahami perspektif orang lain sangat penting dalam membangun dan memelihara hubungan yang sehat. Misalnya, dalam sebuah konflik dengan teman atau pasangan, cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang mereka. Hal ini dapat membantu menemukan solusi yang lebih baik dan mengurangi kesalahpahaman.

Dalam lingkungan kerja, memahami perspektif rekan kerja, atasan, atau klien dapat meningkatkan kolaborasi dan produktivitas. Misalnya, saat mengerjakan proyek tim, cobalah untuk memahami sudut pandang setiap anggota tim dan bagaimana mereka melihat tujuan proyek. Hal ini dapat membantu menciptakan strategi yang lebih efektif dan inklusif.

Responder: Autoexpressão é a sua maneira única de expressar quem você é, a liberdade de ser você mesmo e a criatividade de compartilhá-la como desejar.

Memahami dan menerapkan konsep perspektif dapat memberikan manfaat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa contoh penerapan perspektif:

Dalam Mengatasi Stress

Kemampuan untuk melihat situasi stres dari perspektif yang berbeda dapat membantu mengurangi kecemasan. Misalnya, cobalah untuk melihat masalah yang dihadapi dari sudut pandang jangka panjang atau membayangkan bagaimana orang lain mungkin menangani situasi serupa.

Dalam Memahami Isu Sosial

Isu-isu sosial yang kompleks seperti ketimpangan, diskriminasi, atau perubahan iklim memerlukan pemahaman dari berbagai perspektif. Cobalah untuk mempelajari sudut pandang berbagai pihak yang terlibat atau terpengaruh oleh isu tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.

Bagi pendidik, memahami perspektif siswa dapat membantu menciptakan metode pengajaran yang lebih efektif. Misalnya, dengan memahami latar belakang dan cara berpikir siswa, guru dapat menyesuaikan pendekatan pengajaran agar lebih relevan dan mudah dipahami.

Jenis-jenis perspektif.

1. Perspektif gelombang.Jenis perspektif ini dapat ditemui di dalam bidang linguistik. Perspektif gelombang adalah cara memandang sudut unit bahasa yang kompleks sebagai bentuk yang dapat bergerak atau dinamis sehingga sewaktu-waktu dapat berubah.

2. Perspektif sosiologis.Perspektif sosiologis adalah suatu anggapan berupa sudut pandang yang digunakan oleh seseorang untuk memahami gejala yang terjadi dengan dasar keyakinan orang yang sedang mempelajari suatu objek tertentu.

3. Perspektif komunikasi.Perspektif komunikasi adalah sebuah pilihan atau wawasan yang dimiliki oleh manusia ketika hendak memilih aturan komunikasi yang berkaitan dengan kehidupannya.

4. Perspektif mata burung.Jenis perspektif ini merupakan cara pandang dengan melihat objek dari atas sehingga dapat mempermudah untuk menggambarkan sebuah permasalahan yang terlihat secara keseluruhan.

5. Perspektif mata manusia.Perspektif mata manusia adalah cara pandang dengan melihat objek secara sejajar untuk mempermudah menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

6. Perspektif mata cacing.Cara pandang ini dilakukan dengan melihat objek dari bawah sehingga dapat menghasilkan sudut pandang yang terkesan dramatis.

Sumber: Primadita. 2016. Peningkatan Wawasan Global Siswa Melalui Penggunaan Media Google Map Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hari Rabu adalah hari kesayangan saya. Tidak tahu persis mengapa atau bermula bagaimana. Seperti juga angka sembilan. Yang biasanya saya tunjuk ketika diberi pilihan. Mungkin karena ini juga nomor kesayangan pesepak bola Italia, Vincenzo Montella (love you!).

Dulu, di depan layar televisi, saya biasa mencari kaus bernomor punggung sembilan. Nomor sembilan biasanya merentangkan kedua tangan lebar-lebar sambil berlari untuk merayakan gawang lawan yang jebol. Seperti pesawat terbang.

Sewaktu Batistuta datang ke AS Roma dan meminta nomor punggung 9, Montella menolaknya mentah-mentah. Batistuta harus puas dengan nomor punggung 18. Sayangnya, ketika Montella kembali ke AS Roma setelah dipinjamkan ke Sampdoria, nomor 9-nya sudah keburu disandang Vučinić. Jadi Montella pun mengambil nomor punggung Vučinić: 23.

Terlepas dari itu semua, hari ini adalah hari Rabu tanggal sembilan, bulan sembilan, tahun dua ribu sembilan. Sejak bangun tidur tadi pagi, saya sudah tahu bahwa hari ini akan istimewa. Tidak perlu ‘sempurna’, tetapi pasti akan ‘istimewa’. Rasanya seperti firasat.

Kebetulan, beberapa hari lalu, saya dikontak Lisa Siregar, seorang jurnalis dari Jakarta Globe. Kami berjumpa di Twitter karena sama-sama punya ketertarikan terhadap proyek ‘A Day on the Planet‘: merekam momen pribadi orang-orang di seluruh dunia pada tanggal sembilan, bulan sembilan, tahun dua ribu sembilan, dalam satu halaman A4, untuk kemudian dibukukan.

Salah satu pertanyaan Lisa kepada saya adalah: “Are you planning to do something special on September 9?”

Saya katakan kepada Lisa, bahwa saya belum punya rencana apa-apa. Saya juga masih belum tahu apakah saya perlu melakukan sesuatu yang ‘spesial’ or to just let the moment flows naturally.

Ternyata saya memilih yang belakangan.

Saya tahu bahwa hari ini akan menjadi istimewa ketika saya menemukan sebuah novel di Amazon. Judulnya The Greatest Thing After Sliced Bread. Penulisnya Dan Robertson.

Pada salah satu halamannya, Morris Bird III yang berusia sembilan tahun bercakap-cakap dengan anak perempuan yang ditaksirnya, Suzanne Wysocki.

“I don’t think much about dying.”

— “You should,” said Suzanne.

— “Because it’s going to happen to you.”

Kalimat ini mengendap di benak saya hingga siang tadi. Saya dan kawan saya baru saja pulang dari sebuah rapat. Begitu mobil kami melewati apotik Senopati, kawan saya memekik dan berkata,”Aduh, gue nggak tega lihat orang tua itu. He looks exactly like my father when he’s dying…”

Saya yang duduk menghadap kawan saya dan membelakangi jendela, tidak sempat melihat dengan jelas. Rupanya ada seorang kakek yang terduduk di pinggiran trotoar. Dan kawan saya menggambarkannya seekstrim itu. He looks exactly like my father when he’s dying.

Mengingat salah seorang rekan kami di kantor bertempat tinggal tak jauh dari apotik Senopati, kawan saya itu pun berniat ‘menitipkan’ sesuatu untuk si kakek. Apa saja. “Seharusnya orang setua itu ada yang ngurusin,” ujar kawan saya, sedih bercampur geram.

Dying. Sudah dua kali hari ini.

Saya ingat, beberapa waktu lalu, saya dan seorang sahabat lama berbincang mengenai sepuluh hal yang ingin kami lakukan sebelum kami meninggal dunia. Kami sama-sama berhenti di nomor lima.

Tepatnya, saya sempat berhenti di nomor lima, kemudian memaksakan diri menulis sesuatu di urutan 6.

Saya tidak yakin saya sungguh-sungguh menginginkannya. Saya tuliskan sebaris kalimat hanya untuk mengisi titik-titiknya.

Hari ini, saya memandangi daftar permohonan itu kembali. Memandangi urutan 1 sampai 5. Urutan nomor 6 yang ‘terpaksa’. Dan urutan 7 sampai 10 yang tidak terisi. Saya tak bisa ungkapkan di sini apa saja permohonan saya, tetapi secara acak melibatkan kata-kata berikut: aurora, kafe di negeri yang jauh, sebuah novel, pesawat tempur, musim gugur, dan sebuah perjalanan.

Lalu saya melihat daftar permohonan sahabat saya di atasnya. Dengan nomor 6 sampai 10 yang masih berupa titik-titik. Dan saya melihatnya. Saya mengerti.

Ini seperti sebuah aha-moment, atau apalah namanya. Ternyata 10 permohonan memang terlalu banyak jika hanya ditujukan untuk diri sendiri.

Mungkin sebenarnya saya cukup meminta dua atau tiga untuk saya pribadi, lalu mengalokasikan yang empat sampai sepuluh untuk orang lain. (Tak lupa menyisakan satu dari tujuh untuk binatang-binatang. Dan satu dari enam untuk tumbuh-tumbuhan.)

Dan jika titik-titiknya tetap tidak terisi juga, biarkan saja.  Sometimes, we don’t really need to fill in the dots. Mungkin memang belum waktunya. Sebagaimana cinta yang belum saatnya: terkadang hanya bisa mengisi sela-sela jari, dan bukan sela-sela hati.

Dan memang tidak ada hari yang lebih istimewa dari hari-hari ketika kita bisa mempelajari sesuatu yang baru, tentang diri sendiri.