Cara Menghadapi Omelan Orang Tua
Keluar untuk Relaksasi
Pergi untuk berjalan-jalan semenaara juga termasuk cara menghadapi orang tua yang pemarah yang juga efektif. Dengan pergi sejenak dari pandangan mereka, dapat membuat pikiran Anda menjadi lebih tenang. Berjalan-jalan di lingkungan yang berbeda juga membuat tubuh menjadi lebih rileks.
Penuhi pikiran Anda dengan pikiran positif selama berelaksasi. Jauhkan dari prasangka yang belum tentu benar adanya. Ingat kembali kenangan indah bersama orang tua agar hati menjadi lebih tenang.
Ketahui Jenis Kekerasan
Untuk menghadapi orang tua yang pemarah hingga tak jarang mereka mengeluarkan sumpah serapah, maka Anda perlu belajar mengenai kekerasan verbal. Kekerasan verbal ini memungkinkan terjadi di semua tipe keluarga dengan berbagai status ekonomi.
Beberapa identifikasi kekerasan verbal antara lain menggunakan ancaman, menyumpahi dengan makian hingga merendahkan di depan umum.
Ketahui juga apakah Anda merasa takut dengan orang tua? Beberapa efek kekerasan verbal dapat mengakibatkan anak bermasalah, menutup diri dari pergaulan sosial, tidak menuntut dan mengalah selalu hingga depresi.
Jika Anda merasakan ini setiap orang tua marah, maka ada yang tidak sehat dengan hubungan dalam keluarga Anda.
Jika Anda memang mengalami kekerasan, terutama verbal ketika orang tua marah, maka ada baiknya untuk meminta bantuan. Akan lebih baik jika Anda menghubungi pihak yang memang berwenang mengatasi masalah tersebut. Misalnya melapor pada Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI.
Jika dirasa terlalu jauh jangkauannya, Anda bisa meminta bantuan orang dekat. Seperti misalnya kerabat yang dituakan dan dapat dipercaya menengahi permasalahan. Atau jika Anda masih bersekolah, Anda bisa meminta bantuan guru.
Demikianlah beberapa cara bijak dalam menghadapi orang tua yang pemarah dan temperamen. Tentu saja sebagai anak Anda tidak ingin menjadi seseorang yang durhaka kepada orang tua bukan? Maka dari itu selalu hadapi orang tua dengan kepala dingin dan hati yang lapang.
Ingatlah, mereka pernah menjadi anak, namun Anda belum pernah menjadi orang tua. Selain itu, menghadapi zaman berbeda juga berpengaruh pada output sikap yang berbeda pula. Semoga berhasil!
Artikel ini disusun bersama
. Kelli Miller adalah Psikoterapis, Penulis, dan Pembawa Acara TV/Radio di Los Angeles, California. Kelli saat ini membuka praktik dan memfokuskan diri memperbaiki hubungan pasangan dan keluarga, depresi, kecemasan, seksualitas, pengasuhan anak, dan sebagainya. Kelli juga memfasilitasi kelompok-kelompok di The Villa Treatment Center yang berjuang mengatasi kecanduan alkohol dan obat terlarang. Sebagai pengarang, dia meraih penghargaan Next Generation Indie Book Award untuk bukunya yang berjudul "Thriving with ADHD: A Workbook for Kids" dan juga menuils "Professor Kelli's Guide to Finding a Husband". Kelli juga mengampu acara "The Dr. Debra and Therapist Kelli Show" di LA Talk Radio. Anda bisa melihat kegiatannya di Instagram @kellimillertherapy. Dia meraih gelar MSW (Masters of Social Work) dari University of Pennsylvania dan gelar BA dalam Sosiologi/Kesehatan dari University of Florida. Artikel ini telah dilihat 20.589 kali.
Pernyaan Penyangkalan Medis'
Konten dalam artikel ini tidak ditujukan sebagai pengganti anjuran, pemeriksaan, diagnosis, maupun perawatan medis profesional. Anda harus selalu menghubungi dokter atau tenaga kesehatan profesional lain sebelum memulai, mengubah, maupun menghentikan perawatan medis apa pun.
Halaman ini telah diakses sebanyak 20.589 kali.
Dok saya tinggal dengan orang tua tunggal saya, setiap masalah apapun beliau selalu menyelesaikan dengan emosi atau menggerutu ngomel setiap hari baik di kantor maupun di rumah. Setiap gerak saya selalu jadi sorotan mulai dari cara berteman, menjawab pertanyaan tan, sikap duduk bahkan cara bergaul di kantor ( kebetulan kita satu kantor ). Sampai pada di titii saya merasa lelah karena setiap hari diselesaikan dengan omelan entah masalah sepele atau besar, terjadi masalah ketika orang tua menyuruh saya menabung saya sudah katakan iya baik sudah cukup karena sifat orang tua saya yg suka main tangan setiap ngomong selalu di iringi dengan pukulan barang apapun yg di lihatnya. Karena saya sudah risih saya memilih pergi ke kamar utk menghindari pertengkaran, tp terus di kejar bahkan saya di pukul di bagian mata hingga memar, secara spontan saya menangis dan berteriak, apakah baiknya saya keluar dari rumah atau bagaimana ?
Ass wr. wb., Ibu Anita,
Saya anak ke 2, dari 4 saudara, kakak sudah menikah. Saya selalu menanamkan rasa bersyukur, kepada Allah, walau umurku sudah kepala 3. Saya selalu bersyukur, walau belum menikah, dan kata orang saya cukup manizz, berpendidikan dan alhamdulilah.. aja.
Hanya saya selalu pusing bila ortuku, terutama ibuku selalu mengeluh, kurang bersyukur, kadang-kadang kalau aku lagi cu-ex, aku cuman tertawa, yah aku ajak banyol, tapi kalau malam sudah, ternyata keluhan tidak berhenti, pagi juga sebelum kerja, dan mungkin sore lagi, terus dan terus, mengeluh….
Saya dan adik aktivis da’wah. Ternyata da’wah terhadap keluarga sangat berat, kadang, kalau aku sudah terlalu pusing, karena menyangkut, kata-kata yang tak enak didengar, aku mulai feed back, balik, mengandaikan sekarang aku yang mengeluh, ternyata yang ada cuman membuat ibuku menangis, jadi deh pusing lagi… Kadang aku jadi gak betah di rumah…
Sejujurnya aku gak mau mengeluh, bila sampai aku mengeluh itu kepada Allah, karena yahh… hanya Dia yang dapat menolongku..
Misalnya Ibuku mengeluh soal punya hutang di pasar, dia punya usaha di terminal, bapakku, sudah tidak menghasilkan lagi, selalu dan selalu menjelekkan bapakku, dan selalu mengeluh, padahal ibuku masih punya harta berupa rumah, di luar rumah yang aku tempati.
Sedangkan aku baru mulai menabung cicil mobil, dan seperti ibu ketahui, tiap bulan, alhamdulilah tak pernah aku absent memberi ke mereka.
Kadang aku lelah deh bu, mendengarnya… Yang ada aku malas bila langsung pulang ke rumah dari tempat kerja,
Doa, selalu aku panjat, "Jadikanlah hambaMu ini, menjadi hambaMu yang bersyukur." Harus bagaimana aku ini?
Assalammu’alaikum wr.wb.
Saudari MA yang dimuliakan Allah,
Nampaknya anda merasa lelah mentalnya, ya. Memang mendengarkan beban mental orang lain, meskipun ibu tercinta, akan dapat mempengaruhi diri kita juga. Karena emosi sifatnya juga menular ketika kita selalu mendengarkan ungkapan negatif orang lain maka emosi kitapun bisa terpengaruh dan lama kelamaan kita jadi mengalami kelelahan psikis.
Mendengarkan dengan baik memang bukan hal yang mudah sebagaimana yang anda lakukan kepada ibu. Mengapa ibu terus mengeluh? Mungkin karena sudah terlalu banyak kekecewaan yang dialaminya dalam hidup ini. Nampaknya ibu anda memang hanya membutuhkan telinga anda dan bukan nasehat atau komentar dari anda makanya ia marah ketika anda melakukannya.
Jika anda memang mau merubah cara pandang ibu menjadi seperti anda yang selalu bersyukur mungkin memang tidak di saat ia sedang butuh untuk "curhat" pada anda. Selain itu bukankah dakwah itu tidak selalu dengan lisan? Mungkin anda dapat sesekali mengajak ibu untuk pergi silaturahmi ke orang yang kurang beruntung sehingga ia kembali berpikir akan kelebihan yang sudah dimilikinya.
Saudariku yang baik, kesabaran anda terhadap ibu semoga menjadi keberkahan dalam hidup anda. Saran saya jika anda sudah terlalu lelah maka jangan juga memaksakan diri tapi berilah waktu bagi telinga dan hati anda untuk rileks. Sesekali manjakan diri anda dengan melakukan hal yang menyenangkan di luar rutinitas. Dengan pikiran yang segar maka anda akan punya hati yang lebih lapang dalam menghadapi ibu. Wallahu’alambishshwab.
Wassalammu’alaikum wr. wb.
Berubah Jika Memang Baik
Orang tua yang marah bisa jadi sedang menyampaikan usulan perbaikan pada Anda. Hanya saja, hal ini ibarat memberi batu permata dengan cara melempar mengenai kepala. Bukan batu permata yang diingat, rasa sakit di kepala malah yang selalu terngiang.
Begitu pun ketika orang tua sedang menasehati Anda dengan cara marah-marah. Bukan saran yang didapat, malah sakit hati yang selalu diingat. Untuk itu turunkan ego Anda dan pikirkan kembali apa yang telah dikatakan oleh orang tua.
Apakah perkataan mereka memang bermanfaat untuk perubahan Anda yang lebih baik? Atau bermanfaat untuk masa depan Anda nanti? Jika memang iya, maka tak ada salahnya untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Cari Solusi Bersama
Ketika pikiran sudah tenang dan rileks serta mampu berbicara dengan hati ke hati, maka gunakan momen ini untuk mencari solusi bersama. Apa sih sebenarnya tuntutan orang tua kepada Anda? Mengapa sih Anda tetap bersikukuh pada prinsip Anda yang tidak bisa dirubah tersebut?
Anda bisa membicarakan dua hal penting tersebut dengan orang tua. Kompromikan dengan baik bersama mereka.
Ambil dampak positif dan negatif keputusan yang hendak diambil, bagi Anda dan orang tua. Dengan melakukan diskusi tesebut, siapa tahu Anda akan menemukan solusi yang lebih baik dari pemikiran bersama.
Dengarkan Lebih Dahulu
Ketika orang tua marah, dapat dipastikan jika mereka sedang kalut secara emosi. Belum lagi jika masalah tentang Anda juga bertumpuk dengan masalah lain yang sedang mereka hadapi.
Dengan begitu, akan lebih baik jika menghadapi orang tua yang pemarah dilakukan dengan mendengar uneg-uneg mereka terlebih dahulu.
Bisa jadi mereka hanya ingin meminta bantuan Anda untuk lebih memahami mereka. Simpan komentar Anda hingga orang tua tidak mengeluarkan perkataan penuh emosi.
Katakan Jika Sakit Hati
Tidak hanya sekali dua kali, sifat pemarah orang tua bisa jadi keluar berkali-kali tanpa mereka sadari. Untuk itu, ketika suasana mulai mereda, Anda dapat mengatakan bahwa perkataan atau perbuatan orang tua yang suka marah menyakiti hati Anda. Terlebih ketika mereka berteriak.
Bisa jadi perlakuan orang tua yang selalu marah jika menegur Anda dianggap lumrah oleh mereka. Bahkan ada orang tua yang tidak sadar bahwa sikap tersebut terkadang kurang tepat.
Maka Anda, sebagai pihak yang terkena imbasnya, dapat mengatakan dengan jujur bahwa kemarahan orang tua memiliki dampak negatif pada psikologi Anda.
Komunikasi dengan Baik
Berapapun usia Anda, Anda akan tetap dianggap sebagai anak kecil oleh orang tua. Tapi bukan berarti itu membuat Anda bebas bersikap kekanak-kanankan.
Terlebih dalam hal berkomunikasi. Ketika orang tua marah, Anda harus mampu berkomunikasi dengan sehat, tidak terbawa arus.
Meniru orang tua yang sedang marah, misalnya dengan membalas perkataan tidak sopan, hanya akan membuat mereka semakin kesal. Setelah agak reda, baru keluarkan uneg-uneg Anda dengan pemilihan kata dan nada yang sopan. Tatap mata mereka dan jangan memandang ke arah lain.
Berbicara dengan tatapan mata akan membuat Anda terlihat lebih jujur dan tulus. Sampaikan permasalahan dan solusi melalui sudut pandang Anda dengan cara yang baik.
Berlatih untuk Mengendalikan Diri
Pikiran yang dingin tidak datang tiba-tiba saja. Pengendalian diri dan berpikiran dingin perlu dilatih. Anda dapat melakukan ini ketika sendirian. Duduk dalam keadaan punggung yang tegak, kemudian ambil napas secara perlahan.
Proses pengambilan napas ini dilakukan selama 5 hingga 6 detik lamanya. Kemudian tahan napas kira-kira selama 2 detik dan keluarkan secara perlahan.
Ulangi proses ini sebanyak 10 kali dalam satu waktu. Anda dapat mempraktekkan proses pengendalian diri ini ketika meminta “waktu jeda†seperti pada poin 1.
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Setiap orang tua pasti peduli dengan anak mereka, baik itu lewat sikap, perhatian maupun perkataan. Hanya saja kepedulian tiap orang tua itu berbeda-beda cara penyampaiannya.
Ada yang terkesan baik, tapi tak jarang tampak seperti jahat. Misalnya orang tua yang cerewet atau suka marah-marah.
Namun, beberapa anak tidak mampu menangkap maksud apa di balik amarah orang tua. Bukannya berubah, anak malah sebal dan bahkan balik marah pada orang tua. Tak jarang juga dari anak yang semakin menjadi-jadi kelakuannya.
Nah, jika Anda kebetulan memiliki orang tua yang temperamental, berikut ini beberapa cara menghadapi orang tua yang pemarah secara bijak.
Perlu pikiran yang dingin jika orang tua Anda sedang marah-marah. Untuk itu hindarkan diri Anda terlebih dahulu dari situasi yang pelik ini.
Berteriak atau melawan balik orang yang sedang marah ibarat menyiram bensin ke dalam api. Solusi tidak tercapai, malah masalah semakin membesar.
Anda bisa menyampaikan apakah Anda dan orang tua bisa berbicara kembali selama beberapa waktu. Paling tidak 30 menit untuk mendinginkan pikiran.
Atau jika tidak begitu, terima saja dulu perkataan mereka. Pikirkan kembali apa yang dikatakan. Anda bisa menunggu hingga keesokan hari untuk berhadapan kembali dengan orang tua.